Hai...
Kali ini saya akan menjawab beberapa pertanyaan mengenai Dia Kembali.
Seperti yang pernah saya janjikan, di awal tahun, bahwa akan mereview novel terbaru saya yang diterbitkan secara indie publishing.
Nah, ini dia waktunya. Siapkan alat-alat tempur kalian seperti kopi atau cemilan, atau mungkin batu untuk melempar monitor kalian, jika di tengah-tengah saya mendongeng ini muncul kebosanan. :D
Di sini saya akan menceritakan detail proses kreatif dari penulisan novel 'Dia Kembali' mulai dari awal penulisan hingga akhirnya diterbitkan (secara indie) .
Ide pembuatan naskah ini sebenarnya bukan berasal dari ide murni. Ide muncul setelah saya menonton sebuah sereal asal korea, yang judulnya saya tidak ingat lagi. Saat itu sekitar tahun 2005. Serial 'tanpa judul' itu bergenre horor. Menceritakan sesosok roh yang terjebak di dunia manusia, yang kemudian meminta bantuan kepada mereka yang masih hidup untuk melakukan sebuah misi yang belum berhasil dikerjakan oleh sang roh. Pada saat itu saya tidak mengikuti serial tersebut, hanya kebetulan menonton tanpa sengaja.
Nah, karena pada saat itu, saya juga sedang mencari sebuah ide yang bisa dikombinasikan, dengan konflik keluarga. Maka saya coba untuk mengkolaborasikan kedua ide tersebut. Kemudian, saya pun mulai mengkombinasi keduanya. Antara roh dan konflik keluarga.
Untuk permulaan, saya munculkan karakter-karakter yang mendukung dalam cerita itu. Dan muncullah tiga karakter. Aline, Feril dan Abid.
Kemudian, saya buat plot secara terpisah. Mengenai roh Aline dan kehidupan pacarnya bernama Abid setelah ditinggal pergi oleh Aline, dan Feril dengan konflik keluarganya (konflik antara Ayah dan anak). Kemudian setelah membuat konflik masing-masing karakter, ketiga karakter tersebut dipertemukan melalui sebuah misi, yaitu mengembalikan roh Aline yang terjebak di dunia manusia.
Awalnya proses penulisan memakan waktu selama tiga bulan, hingga akhirnya rampung dikerjakan. Draft naskah versi pertama pun selesai. Lalu saya memberikannya kepada sejumlah teman untuk dibaca dan dimintai komentarnya. Tidak hanya berasal dari kalangan teman-teman di sekolah saya, tapi meluas hingga ke sekolah tetangga, dengan dibantu oleh sahabat saya.
Ketika naskah selesai ditulis. Maka saya pun mulai mengirimkannya ke penerbit. Dari sini perjalanan Dia Kembali yang awalnya berjudul "Feril" pun dimulai. Proses demi proses saya lalui demi novel ini. Tapi sayang, selalu kabar penolakan yang saya terima. Draft naskah yang dikembalikan oleh penerbit pun masih tersimpan rapi di tumpukan file. Ada sekitar sepuluh penerbit yang saya tawarkan naskah ini, menolak.
Lalu apakah setelah penolakan itu, naskah saya dinilai jelek hingga dianggap tidak layak untuk di follow up?
Alasan penolakan dari berbagai penerbit ini pun berbeda-beda. Ada yang mengatakan karena segmentasi pasar yang berbeda. Tapi ada juga yang tidak menyertakan alasan-alasan khusus tentang penolakan tersebut.
Meski Dia Kembali terus mengalami penolakan, saya tidak pernah berhenti berjuang. Saya print, lalu saya kirim lagi, saya print, saya kirim lagi, terus dan berlanjut.
Setiap kali naskah kembali kepada saya, setiap kali itu juga, naskah ini mengalami revisi. Dari tahun ke tahun, naskah ini mengalami perombakan alur dan ide, hingga naskah ini memiliki beberapa versi cerita yang tidak sama tiap kali diubah. Dan akhirnya, terbit dengan versi yang sama sekali jauh berbeda dengan versi saat pertama kali dibuat.
Perombakan itu saya lakukan karena mengingat ada beberapa hal yang mengharuskan saya untuk menyortir ulang alur maupun ide naskah ini. Tidak hanya alurnya yang mengalami perubahan, background dari masing-masing karakter pun mengalami perubahan. Sampai akhirnya, tahun 2012 saya memutuskan untuk mematenkan salah satu versi (the last version) dengan menerbitkan secara indie publishing.
Pertanyaan yang timbul dibenak kalian pasti, kenapa diterbitkan secara indie?
Ada beberapa pertimbangan yang membuat saya akhirnya memutuskan untuk melepaskan impian menerbitkan Dia Kembali di penerbit mayor dan memilih jalur indie sebagai publishingnya. Salah satunya adalah, saya telah memiliki ikatan emosi yang cukup besar di dalam novel ini. Novel ini bukan novel baru yang saya buat, keberadaanya telah lama ada. Saya membenahi novel ini dari tahun ke tahun, bukan hanya sekedar ikatan emosi, tetapi novel ini bisa jadi adalah sebuah proses saya dalam dunia menulis. Proses menulis saya terlihat sangat jelas dari setiap versi naskah yang saya buat dalam novel ini. Singkatnya, tulisan saya berkembang bersama dengan novel ini.
Novel ini memang bukan novel faforit saya. Tapi Dia Kembali memiliki arti tersendiri di hati saya, novel ini menjadi tahap pembelajaran dalam proses menulis. Jadi untuk mengabaikan draftnya begitu saja hanya karena ditolak oleh penerbit mayor bukan jadi alasan. Saya tetap kekeuh ingin melahirkan naskah ini ke dunia.
Lagipula, saya punya pandangan yang berbeda dalam hal ini. Sama halnya seperti manusia yang mempunyai takdir hidup yang berbeda-beda. Lahirnya setiap buku, juga memiliki jalannya masing-masing. Dan mungkin jalan seperti inilah yang harus dilalui Dia Kembali untuk bisa sampai ke tangan pembaca.
Dan pada April 2013 ini. Naskah tersebut telah resmi dirilis secara indie publishing.
Anggapan bahwa novel yang diterbitkan secara indie memiliki kualitas yang jauh di bawah novel yang diterbitkan secara mayor. Menurut saya, itu pendapat yang relatif. Dan setiap orang memiliki hak untuk menilai. Dan kapasitas saya tidak untuk mencari seberapa yang suka dan tidak suka dengan karya ini. Tujuan saya menerbitkan buku adalah untuk berkarya. Memberikan sebuah sajian kepada pembaca tentang ide dan pemikiran saya. Ketika akhirnya opini itu muncul, saya anggap sebagai proses belajar untuk melahirkan karya-karya lainnya.
Yang terpenting dari semua itu adalah, saya menulis karena saya ingin berkarya. Apa pun jalan yang ditempuh, hal itu adalah sebuah proses yang harus dilalui.
Dan tidak menutup kemungkinan, suatu hari nanti, dalam prosesnya ada penerbit yang bersedia meminang Dia Kembali. Who know!? :)
Saya selalu percaya, sesuatu yang dikerjakan dengan sepenuh hati, pasti akan menuai hal yang baik pula.
salam hangat,
dil.se
Kali ini saya akan menjawab beberapa pertanyaan mengenai Dia Kembali.
Seperti yang pernah saya janjikan, di awal tahun, bahwa akan mereview novel terbaru saya yang diterbitkan secara indie publishing.
Nah, ini dia waktunya. Siapkan alat-alat tempur kalian seperti kopi atau cemilan, atau mungkin batu untuk melempar monitor kalian, jika di tengah-tengah saya mendongeng ini muncul kebosanan. :D
Di sini saya akan menceritakan detail proses kreatif dari penulisan novel 'Dia Kembali' mulai dari awal penulisan hingga akhirnya diterbitkan (secara indie) .
Ide pembuatan naskah ini sebenarnya bukan berasal dari ide murni. Ide muncul setelah saya menonton sebuah sereal asal korea, yang judulnya saya tidak ingat lagi. Saat itu sekitar tahun 2005. Serial 'tanpa judul' itu bergenre horor. Menceritakan sesosok roh yang terjebak di dunia manusia, yang kemudian meminta bantuan kepada mereka yang masih hidup untuk melakukan sebuah misi yang belum berhasil dikerjakan oleh sang roh. Pada saat itu saya tidak mengikuti serial tersebut, hanya kebetulan menonton tanpa sengaja.
Nah, karena pada saat itu, saya juga sedang mencari sebuah ide yang bisa dikombinasikan, dengan konflik keluarga. Maka saya coba untuk mengkolaborasikan kedua ide tersebut. Kemudian, saya pun mulai mengkombinasi keduanya. Antara roh dan konflik keluarga.
Untuk permulaan, saya munculkan karakter-karakter yang mendukung dalam cerita itu. Dan muncullah tiga karakter. Aline, Feril dan Abid.
Kemudian, saya buat plot secara terpisah. Mengenai roh Aline dan kehidupan pacarnya bernama Abid setelah ditinggal pergi oleh Aline, dan Feril dengan konflik keluarganya (konflik antara Ayah dan anak). Kemudian setelah membuat konflik masing-masing karakter, ketiga karakter tersebut dipertemukan melalui sebuah misi, yaitu mengembalikan roh Aline yang terjebak di dunia manusia.
Awalnya proses penulisan memakan waktu selama tiga bulan, hingga akhirnya rampung dikerjakan. Draft naskah versi pertama pun selesai. Lalu saya memberikannya kepada sejumlah teman untuk dibaca dan dimintai komentarnya. Tidak hanya berasal dari kalangan teman-teman di sekolah saya, tapi meluas hingga ke sekolah tetangga, dengan dibantu oleh sahabat saya.
Ketika naskah selesai ditulis. Maka saya pun mulai mengirimkannya ke penerbit. Dari sini perjalanan Dia Kembali yang awalnya berjudul "Feril" pun dimulai. Proses demi proses saya lalui demi novel ini. Tapi sayang, selalu kabar penolakan yang saya terima. Draft naskah yang dikembalikan oleh penerbit pun masih tersimpan rapi di tumpukan file. Ada sekitar sepuluh penerbit yang saya tawarkan naskah ini, menolak.
Lalu apakah setelah penolakan itu, naskah saya dinilai jelek hingga dianggap tidak layak untuk di follow up?
Alasan penolakan dari berbagai penerbit ini pun berbeda-beda. Ada yang mengatakan karena segmentasi pasar yang berbeda. Tapi ada juga yang tidak menyertakan alasan-alasan khusus tentang penolakan tersebut.
Meski Dia Kembali terus mengalami penolakan, saya tidak pernah berhenti berjuang. Saya print, lalu saya kirim lagi, saya print, saya kirim lagi, terus dan berlanjut.
Setiap kali naskah kembali kepada saya, setiap kali itu juga, naskah ini mengalami revisi. Dari tahun ke tahun, naskah ini mengalami perombakan alur dan ide, hingga naskah ini memiliki beberapa versi cerita yang tidak sama tiap kali diubah. Dan akhirnya, terbit dengan versi yang sama sekali jauh berbeda dengan versi saat pertama kali dibuat.
Perombakan itu saya lakukan karena mengingat ada beberapa hal yang mengharuskan saya untuk menyortir ulang alur maupun ide naskah ini. Tidak hanya alurnya yang mengalami perubahan, background dari masing-masing karakter pun mengalami perubahan. Sampai akhirnya, tahun 2012 saya memutuskan untuk mematenkan salah satu versi (the last version) dengan menerbitkan secara indie publishing.
Pertanyaan yang timbul dibenak kalian pasti, kenapa diterbitkan secara indie?
Ada beberapa pertimbangan yang membuat saya akhirnya memutuskan untuk melepaskan impian menerbitkan Dia Kembali di penerbit mayor dan memilih jalur indie sebagai publishingnya. Salah satunya adalah, saya telah memiliki ikatan emosi yang cukup besar di dalam novel ini. Novel ini bukan novel baru yang saya buat, keberadaanya telah lama ada. Saya membenahi novel ini dari tahun ke tahun, bukan hanya sekedar ikatan emosi, tetapi novel ini bisa jadi adalah sebuah proses saya dalam dunia menulis. Proses menulis saya terlihat sangat jelas dari setiap versi naskah yang saya buat dalam novel ini. Singkatnya, tulisan saya berkembang bersama dengan novel ini.
Novel ini memang bukan novel faforit saya. Tapi Dia Kembali memiliki arti tersendiri di hati saya, novel ini menjadi tahap pembelajaran dalam proses menulis. Jadi untuk mengabaikan draftnya begitu saja hanya karena ditolak oleh penerbit mayor bukan jadi alasan. Saya tetap kekeuh ingin melahirkan naskah ini ke dunia.
Lagipula, saya punya pandangan yang berbeda dalam hal ini. Sama halnya seperti manusia yang mempunyai takdir hidup yang berbeda-beda. Lahirnya setiap buku, juga memiliki jalannya masing-masing. Dan mungkin jalan seperti inilah yang harus dilalui Dia Kembali untuk bisa sampai ke tangan pembaca.
Dan pada April 2013 ini. Naskah tersebut telah resmi dirilis secara indie publishing.
Anggapan bahwa novel yang diterbitkan secara indie memiliki kualitas yang jauh di bawah novel yang diterbitkan secara mayor. Menurut saya, itu pendapat yang relatif. Dan setiap orang memiliki hak untuk menilai. Dan kapasitas saya tidak untuk mencari seberapa yang suka dan tidak suka dengan karya ini. Tujuan saya menerbitkan buku adalah untuk berkarya. Memberikan sebuah sajian kepada pembaca tentang ide dan pemikiran saya. Ketika akhirnya opini itu muncul, saya anggap sebagai proses belajar untuk melahirkan karya-karya lainnya.
Yang terpenting dari semua itu adalah, saya menulis karena saya ingin berkarya. Apa pun jalan yang ditempuh, hal itu adalah sebuah proses yang harus dilalui.
Dan tidak menutup kemungkinan, suatu hari nanti, dalam prosesnya ada penerbit yang bersedia meminang Dia Kembali. Who know!? :)
Saya selalu percaya, sesuatu yang dikerjakan dengan sepenuh hati, pasti akan menuai hal yang baik pula.
salam hangat,
dil.se